Sektor energi di Indonesia mengalami masalah
serius, hal tersebut terjadi karena laju permintaan energi di dalam negeri
melebihi pertumbuhan pasokan energi. Minyak mentah dan BBM sudah diimpor untuk
mengatasi permintaan yang melonjak dari tahun ke tahun sehingga ketahanan
energi nasional rentan terhadap fluktuasi harga dan pasokan/permintaan minyak
mentah dunia. Oleh karena itu Energi Baru dan Terbarukan (EBT) harus mulai
dikembangkan dan dikuasai sejak dini, dengan mengubah pola pikir bahwa EBT
bukan sekedar sebagai energi altenatif dari bahan bakar fosil tetapi harus
menjadi penyangga pasokan energi nasional. Data terkini potensi sumber daya
energi baru terbarukan yang dapat dimanfaatkan di Indonesia dipelihatkan oleh
tabel dibawah
Sektor energi di Indonesia mengalami masalah
serius, hal tersebut terjadi karena laju permintaan energi di dalam negeri
melebihi pertumbuhan pasokan energi. Minyak mentah dan BBM sudah diimpor untuk
mengatasi permintaan yang melonjak dari tahun ke tahun sehingga ketahanan
energi nasional rentan terhadap fluktuasi harga dan pasokan/permintaan minyak
mentah dunia. Oleh karena itu Energi Baru dan Terbarukan (EBT) harus mulai
dikembangkan dan dikuasai sejak dini, dengan mengubah pola pikir bahwa EBT
bukan sekedar sebagai energi altenatif dari bahan bakar fosil tetapi harus
menjadi penyangga pasokan energi nasional. Data terkini potensi sumber daya
energi baru terbarukan yang dapat dimanfaatkan di Indonesia dipelihatkan oleh
tabel dibawah
NO
|
Jenis Energi Baru Terbarukan
|
Potensi Sumber Daya
|
Produksi Energi
|
1
|
Panas Bumi
|
28.543 MW
|
1,189 MW
|
2
|
Tenaga Air
|
75.670 MW
|
5,705.29 MW
|
3
|
Mikro Hydro
|
769.69 MW
|
217.89 MW
|
4
|
Biomassa
|
49.810 MW
|
1,618.40 MW
|
5
|
Tenaga Surya
|
4,80 KwH/m2/day
|
13.5 MWp
|
6
|
Tenaga Angin
|
3-6 m/s
|
1.87 MW
|
7
|
Uranium
|
3.000 MWt
|
30 MWt
|
Dari
data di atas terlihat bahwa Indonesia sebenarnya masih memiliki banyak sumber
daya energi yang dapat dimanfaatkan untuk menggantikan sumber energi fosil,
salah satunya adalah Biomassa.
Di Indonesia limbah biomassa yang
berasal dari aktivitas penduduk Indonesia sangatlah melimpah dan berkelanjutan.
Pengembangan biomassa ini bisa menggantikan sumber energi fosil yang saat ini
menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca dan pemanasan global. Biomassa yang
selama ini dianggap sebagai sampah ternyata sudah mulai komersial digunakan
sebagai bahan baku pembangkit listrik. Barangkali kita sudah banyak mendengar
beberapa pilot plant pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTB). Teknologi yang
digunakan pada pilot plant tersebut adalah gasifikasi biomassa fixed bed
downdraft dengan kapasitas 2 ton/hari biomassa dan dapat menghasilkan listrik
100-120 kW.
Berdasarkan
data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam Bahan rapat kerja
pemerintah 2012 MP3EI, PLTB di Indonesia yang telah diresmikan pada tahun 2011
yang lalu adalah sebanyak 2, yaitu:
1. Pembangkit Listrik
Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) (Sumatera)
2. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) Kapasitas 2 x 3.5 MW (Sumatera)
2. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) Kapasitas 2 x 3.5 MW (Sumatera)
Bahan bakar yang
digunakan pada PLTB ini berasal dari
energi terbarukan yaitu cangkang sawit, tebu, sekam padi, tongkol jagung,
ampas-ampas tepung tapioka hingga serbuk kayu (waste power energy) karet. Untuk
sampah biomassa itu dengan kapasitas 2×15 MW membutuhkan minimal 600 ton per
hari.
Seperti yang diketahui, kendala utama pengoperasian PLTB
adalah ketersedian biomassa. Bahan baku PLTB yang paling efektif adalah
cangkang sawit, karena bahan ini memiliki nilai kalori paling tinggi, kadar air
dan abu rendah paling rendah dibandingkan dengan bahan biomassa sawit lainnya
seperti serabut, tandan kosong dan pelepah sawit. Namun permasalahannya adalah
cangkang sawit sudah banyak terpakai oleh Pabrik-pabrik Kelapa Sawit (PKS)
untuk kebutuhan pembangkit steam dan listrik pabrik tersebut. Oleh karena itu,
para pemilik dan operator PLTB perlu melakukan riset dan pengembangan
penggunaan bahan biomassa lainnya untuk menjaga keberlangsungan PLTB di masa
mendatang. Bahan-bahan biomassa lainnya seperti tandan kosong sawit, pelepah
sawit, sekam padi, dan janggel jagung dapat menjadi alternatif yang baik. Tidak
hanya itu saja, Sampah kota juga dapat dijadikan sebagai bahan bakunya. Sampah
kota sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik di
Indonesia, mengingat banyak sekali daerah yang memiliki potensi sampah yang
besar seperti DKI Jakarta, Batam, Kota Semarang, Palembang, Bandung dan banyak
kota lainnya di Indonesia yang memiliki potensi sampah yang besar. Dengan
memanfaatkan PLTB ini dimana sampah bisa dijadikan sebagai sumber energi
listrik, kita dapat mengatasi krisis energi yang sedang dialami oleh Indonesia
sekaligus mengurangi banyaknya volume sampah serta mengurangi emisi gas rumah
kaca yang dihasilkan dari sumber energi fosil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar